Muntah
Definisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yan terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen . Dalam beberapa jam setelah lahir, bayi mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benada yang tertelan selama proses persalinan.
Etiologi
} Kelainan congenital
Pada saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esophagus, tekanan intrakranial yang tinggi.
} Infeksi pada saluran pencernaan
} Cara pemberian makanan yang salah
} Keracunan
Komplikasi
} Dehidrasi/alkalosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit
} Asidosis yang disebakan adanya ketosis yang berkelanjutan menjadi syok samapi kejang
} Ketegangan otot perut, perdarahan konjuctiva, rupture esophagus, aspirasi yang disebabkan Karena muntah yang sangat hebat
Patofisiologi
} Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, terkadang sampai seluruh isinya yang dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada minggu-minggu pertama. Hal ini merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dkeluarkan dengan paksa melalui mulut. Reflex dikoordinasikan di medulla oblongata. Muntah dapt dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intrakanial, atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
Sifat muntah
} Keluar cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esofagus
} Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis piloris atau suatu kelemahan paa katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tak mau mebuka
} Muntah hijau kekuningan kemungkinan akibat obstruksi dibawah hampula vateri
} Muntah segera setelah lahir dan menetap kemungkinan adanya tekanan intracranial yang tinggi atau obstruksi pada usus
Penatalaksanaan
• Kaji factor penyebab dan sifat muntah
• Jika terjadi pengeluaran cairan terus-menerus, maka kemungkinan dikarenakan obstruksi esophagus
• Jika terjadi muntah berwarna hijau kekuningan maka parut dicurigai obstruksi dibawah ampula vateri
• Jika terjadi muntah proyektil maka dicurigai adanya stenosis pylorus
• Jika terjadi segera setelah lahir kemudian menetap maka kemungkinan terjadi peningkatan tekanan intra kranial
• Berikan pengobatan yang bergantung pada factor penyebab
• Ciptakan suasana tenang
• Perlakukan bayi dengan baik daan hati-hati
• Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah
• Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis
• Rujuk segera
gumoh
Definisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam lambung. Muntah susu adalah adalah hal biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan BB secara significan. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu.
Penyebab
1. Bayi sudah merasa kenyang
2. Posisi salah saat menyusui
3. Posisi botol yang salah
4. Tergesa-gesa saat pemberian susu
5. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
Memuntahkan kembali makanan bisa terjadi bila refleks menelan si kecil memang belum bagus. Saat Anda menaruh makanan di bagian depan lidahnya, ia malah berusaha menelannya dengan menjulurkan lidahnya. Namun bukannya bisa masuk, malah makanannya jadi keluar lagi. Ini sering menyebabkannya menangis, dan sebisa mungkin jangan memaksanya menelan makanan saat menangis karena kemungkin tersedak sangat besar. Refleks menelan ini, akan membaik dengan sendirinya, yang pada umumnya di atas usia 6 bulan.
Jika refleks menelannya belum baik dan bayi belum bisa menelan makanan padat, Anda dapat mengatasinya dengan mengencerkan lagi makanan hingga mudah baginya untuk menelan. Lakukan secara bertahap. Misal, awalnya diblender selama 2 menit dan dilakukan selama 2 minggu. Setelah itu, diblendernya hanya 1 menit. Hingga, makanan yang awalnya cair, seperti jus, lama-lama jadi agak kasar dan makin padat. Dengan demikian si bayi lambat laun jadi terlatih. Diharapkan di usia setahun dia bisa makan nasi lembek.
6. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di usia itu kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
7. Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis.
8. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna. Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. Nah, di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi, klep ini biasanya belum berfungsi sempurna. Akibatnya, kalau bayi dalam posisi yang salah susu akan keluar dari mulut.
9. Tidak Suka Makanannya. Apapun makanan yang menurut Anda enak setengah mati, jika bayi Anda tak kenal atau tak suka dengan makanannya, baik yang semi padat ataupun padat, tentu akan ditolaknya. Jangan memaksakan bayi dengan kemauan kita karena akan membuatnya trauma. Bisa jadi setiap kali melihat mangkuk makanan, dia jadi menangis karena takut dijejalkan. Tak ada batas toleransi sampai berapa lama. Namun tentunya bukan berarti si bayi didiamkan saja dengan diberi makanan cair terus. Anda tetap harus melatihnya untuk menerima makanan padat, apalagi bila usianya sudah diatas setahun.
10. Ingin Yang Manis
Selama 6 bulan pertama, bayi kenalnya hanya rasa manis. Jadi, ada kemungkinan dia tak suka karena rasanya tak manis. Bila ia tidak doyan nasi tim, itu juga karena tidak ada rasa manis di dalamnya. Rasanya bisa diubah dan divariasikan agar ia suka. Misal, awalnya nasi tim tersebut diberi kecap manis, hingga rasa nasi tim tersebut masih ada manisnya. Lama-lama kecapnya agak dikurangi hingga bayi mengenal rasa nasi tim yang lain.
Muntah juga bisa terjadi, misal, karena bayi kekenyangan makan atau minum ataupun karena bayinya mengulet hingga tekanan di perutnya tinggi, akibatnya susunya keluar lagi.
11. Menangis kencang.
Bayi yang menangis sesenggukkan akan membuat udara tertelan berlebihan. Ketika mendapat tekanan berlebihan dari luar, sebagian isi perut bayi bisa keluar. Ada pula kemungkinan si bayi menangis karena tak bisa menelan susu dengan sempurna.
Gumoh atau keluarnya isi lambung melalui mulut (seperti muntah) terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna. Walaupun mirip dengan muntah, namun gumoh ini berbeda, gumoh tidak disertai kontraksi pada pada dinding lambung, dan biasanya gumoh mengeluarkan cairan yang jumlahnya sedikit, tidak sebanyak muntah. Gumoh ini biasa terjadi pada bayi yang berusia 0 sampai 6 bulan.
Gumoh merupakan hal yang normal dan lumrah terjadi pada semua bayi. Yang harus kita perhatikan adalah hal ini tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi dan bayi tidak menolak minum, selain itu gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari. Jika gumoh pada bayi anda seperti ciri-ciri diatas, maka anda tidak perlu panik.
Namun jika gumoh ini disertai dengan komplikasi, maka perlu penanganan lebih lanjut dari dokter untuk menghentikannya. Gumoh yang berbahaya ini disebabkan karena asam lambung meningkat yang dipicu oleh iritasi di kerongkongan, peradangan di kerongkongan, sehingga bayi menolak makan dan minum akhirnya berpengaruh pada berat badan bayi yang tak kunjung bertambah. Selain itu anak jadi gelisah, rewel, nangis, dan selalu menolak minum.
Perbedaan Muntah dan Gumoh
Kita harus bisa membedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh keluar begitu saja dari mulut dan sedikit. Sedangkan muntah, ada tekanan negatif dari perut mendorong diafragma. Jika muntahnya hanya sekali, mungkin bisa dipikirkan kekenyangan. Tapi jika muntahnya lebih dari 3 kali atau setiap minum muntah, mungkin ada obstruksi/sumbatan, baik di sekitar lambung atau lebih ke bagian bawahnya. Jika demikian, harus dibawa ke dokter. Kalau ternyata ada obstruksi, harus dilakukan operasi.
PARAMETER | GUMOH | MUNTAH |
Dari volume cairan/makanan yang dimuntahkan | Sedikit, kurang dari 10 cc. Berupa ASI yang sudah ditelan si kecil. | Banyak, lebih dari 10 cc. Berupa ASI atau susu formula dan makanan jika si kecil berusia di atas 6 bulan. |
Dari cara keluar. | Mengalir biasa dari mulut. Tidak disertai kontraksi otot perut. | Menyembur seperti disemprotkan dari dalam perut dan disertai kontraksi otot perut. Kadang kala juga keluar dari lubang hidung. |
Dilihat dari umur bayi. | Kebanyakan terjadi pada bayi berumur beberapa minggu, 2-4 bulan atau 6 bulan dan akan hilang dengan sendirinya. | Tidak terjadi pada bayi baru lahir. Tapi bisa terjadi pada bayi berumur 2 bulan dan dapat berlangsung sepanjang usia. |
Arti | Proses alami dan wajar untuk mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat minum ASI. | Bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan fungsi pada organ pencernaan bayi. |
Penyebab | : Bayi terlalu banyak minum ASI. Saat minum atau makan ada udara yang ikut tertelan. Bayi gagal menelan, karena otot-otot penghubung mulut dan kerongkongan belum matang, biasanya terjadi pada bayi prematur. | Ada kelainan pada sistem pencernaan bayi, misalnya kelainan katup pemisah lambung dan usus 12 jari. Cairan muntah biasanya berwarna hijau. Adanya infeksi atau luka, misalnya infeksi tenggorokan yang kadang-kadang dapat memicu bayi muntah. Cairan muntah biasanya disertai bercak darah. |
Cara mengatasi | Disendawakan setelah bayi menyusu. | Ditangani dokter sesuai dengan penyebabnya. |
Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katub di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyak gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan pertama kehidupannya.
Di satu sisi, gumoh (bahkan muntah) merupakan hal yang "lumrah" bagi banyak bayi. Hal ini dikarenakan fungsi klep di pintu masuk ke lambung yang belum bekerja dengan sempurna; akibatnya, susu yang sudah masuk lambung dengan mudah balik ke atas dan keluar sebagai gumoh atau bahkan muntah, lewat mulut atau hidung. Hal ini biasa terjadi pada bayi dan umumnya tidak membutuhkan pengobatan apapun juga karena akan membaik sejalan dengan bertambahnya usia si anak..
Namun pada beberapa bayi asam lambung yang ikut naik keatas membuat kerongkongan menjadi nyeri, merah, dan bengkak. Asam lambung juga bisa masuk kedalam paru mengiritasi saluran napas. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya tidak memiliki pertambahan berat badan dengan baik (dear berat badan anakmu masih baik, dan pertambahannya pun sudah cukup kok) atau sering menangis, terutama saat mengalami ketidaknyamanan itu. Gejala dapat juga berupa batuk kronik, mengi (bengek), dengan sakit radang paru (pneumoni) berulang, bahkan bisa sampai berhenti bernapas (apnea) sebagai usaha untuk melindungi parunya. Bila sudah masuk kedalam keadaan seperti ini harus segera dilakukan pengobatan.
Pertama kali yang bisa kita lakukan adalah memperhatikan bagaimana anak kita diberikan makanan. Pada bayi yang sering gumoh biasanya cukup diberi susu dalam jumlah lebih sedikit tetapi lebih sering. Apabila karena satu dan lain hal bayi minum susu formula, maka di atas 6 bulan, kentalkan susunya dengan menambahkan satu sendok sereal beras untuk setiap gram susu yang diberikan, tujuannya adalah agar susu lebih berat sehingga tidak naik keatas. Akan tetapi pemeberian susu dengan cara seperti ini akan memberikan kelebihan kalori, sehingga agak sulit untuk mengetahui apakah makananya sudah mencukupi atau belum. Alergi makanan juga dapat menimbulkan refluk, umumnya alergi terhadap susu sapi dan kedelai.
Selain pola makan, refluks juga bisa disebabkan karena proses mekanik, oleh karena itu kita harus dapat memposisikan bayi dengan benar saat menyusu atau makan (bayi kan tidak bisa mengatur posisi makannya sendiri). Posisi bagaimana? Posisi sepertiga duduk (kepala 30 derajat) dengan catatan, pastikan bayi tidak dalam posisi nglomprot (maaf saya tidak tahu bahasa Indonesianya hehehe tapi bahasa Inggrisnya .. slumped down) karena di posisi ini lambung anak akan tertekan dan kemungkinan muntah meningkat.
Bayi dengan refluks biasanya akan mengalami perbaikan spontan (tanpa obat); Namun demikian, apabila refluks ini mengganggu tumbuh kembang bayimu (perhatikan apakah ada warna kecoklatan tanah di muntahannya yang merupakan pertanda perdarahan dinding kerongkongan, atau BBnya di kurva pertumbuhan garis nya menurun, maka konsultasilah dengan ahli gastroenterologi anak. Mungkin memerlukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui apakah anakmu anemia, apakah memang refluksnya sudah menimbulkan kelainan dinding kerongkongan (dengan p[emeriksaan endoskopi, bukan barium meal). Konsultasi juga dianjurkan jika di atas usia 1 tahun anak masih sering muntah/gumoh. Nah saya pribadi tidak menganjurkan pemeriksaan barium meal karena sedikit sekali informasi yang bisa diperoleh dan radiasi pula
Penatalaksanaan
1. Perbaiki teknik menyusu
2. Sendawakan setelah menyusui.
3. Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh areola dan putting susu ibu
Langkah-Langkah Mengurangi Frekuensi Gumoh
Pemberian susu yang dikentalkan
Salah satu terapinya adalah dengan pemberian susu yang diformulasikan khusus bagi bayi yang sering gumoh, atau istilahnya the thickening milk. Sayangnya, di sini belum ada susu seperti itu, sehingga yang bisa dilakukan adalah memodifikasi dengan mengentalkan susunya. Caranya, dengan mencampurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Susu "modifikasi" ini boleh diberikan pada bayi yang sering gumoh dan telah mendapatkan susu formula. Namun formula dan modifikasinya tidak berlaku bagi bayi yang mendapatkan ASI. Upayakan terus pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
Pemberian obat-obatan
Jika pemberian susu yang dikentalkan dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan, tidak memperlihatkan hasil maka perlu dipikirkan pemberian obat-obatan yang hanya diberikan berdasarkan petunjuk dan pengawasan dokter.
Posisikan dengan sudut 45 derajat
Yang tak kalah penting adalah posisi bayi. Posisi telentang dengan membentuk sudut 45 derajat antara badan, pinggang, dan tempat tidurnya terbukti dapat membantu mengurangi aliran balik dari lambung ke kerongkongan. Amat dianjurkan untuk menyendawakan si kecil begitu selesai makan dan minum dengan meletakkan si kecil dalam posisi tersebut. Pada bagian punggungnya, beri ganjalan berupa bantalan atau tumpukan kain. Biarkan ia pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
Operasi sebagai tindakan terakhir
Jika segala cara telah diupayakan namun tak memberikan respons yang baik, tentu perlu dilakukan tindakan operasi.
Pemeriksaan Dengan Ph Metri
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membuktikan adanya refluks gastroesofagus adalah pemeriksaan dengan pH metri.
Metode ini cukup akurat untuk memantau kadar pH atau keasaman di dalam kerongkongan bayi. Pemeriksaan dilakukan selama 24 jam sehingga dapat mencerminkan kondisi sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Khoirunnissa, Endang dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Noha medika
Nani Lia Dewi, Vivian SST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Kliegmen Arvin, Behrmand. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar