OBSTIPASI PADA NEONATUS & BAYI
1. PENGERTIAN
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin. Ob berarti in the way = perjalanan. Stipare berarti to compress = menekan.
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
2. TANDA DAN GEJALA
· Sering menangis
· Susah tidur
· Gelisah
· Perut kembung
· Kadang-kadang muntah
· Abdomen distensi dan Anoreksia
· Frekuensi BAB kurang dari normal
· Gelisah, cengeng, rewel
· Menyusu/makan/minum kurang
· Feses keras
3. PENYEBAB
· Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
· Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltic.
· Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.
· Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus
· Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
Penyebab Faktor non organik :
· Kurang makanan yang tinggi serat
· Kurang cairan
· Obat/zat kimiawi
· Kelainan hormonal/metabolik
· Kelainan psikososial
· Perubahan mikroflora usus
· Perubahan/kurang exercise
Penyebab Faktor organik :
· Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
· Kelainan otot dasar panggul
· Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
· Kelainan dalam rongga panggul
· Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus
4. MACAM-MACAM OBSTIPASI
Obstipasi ada dua macam :
a. Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b. Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
5. DIAGNOSA
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
1. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum
3. Pemeriksaan penunjang
· Laboratorium (feses rutin, khusus)
· Radiologi (foto polos, kontras dengan enema)
· Manometri
· USG
4. Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.
Laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi.
6. PENANGANAN OBSTIPASI
a. Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
b. Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.
c. Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapa diberikan makanan cair dan obat-obatan
7. PENATALAKSANAAN
· Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
· Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
· Peningkatan intake cairan
· Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
· Banyak minum
· Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
· Latihan
· Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
· ASI lebih baik dari susu formula
· Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
· Perawatan kulit peranal
DAFTAR PUSTAKA
Khoirunnissa, Endang dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Noha medika
Nani Lia Dewi, Vivian SST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Kliegmen Arvin, Behrmand. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. Ja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar