WELCOME ^^

Jumat, 18 November 2011

ATRESIA ESOPHAGUS

1. Defenisi
Atresia berarti buntu jadi atresia esophagus adalah kelainan bawaan di mana ujung saluran esophagus buntu 60 % biasanya di sertai hidramnion. Atresia esophagus terjadi pada satu dari 3000 sampai 4500 kelahiran hidup, sekitar sepertiga anak yang terkena lahir premature. Pada lebih 85% kasus, fistula antara trakea dan esophagus distal menyertai atresia. Lebih jarang, atrsesia esophagus atau fistula trakeo esophagus terjadi senidri-sendiri atau dengan kombinasi yang aneh. Gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan cranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitive menjelaskan variasi-variasi  pembentukan atresia dan fistula. Atresia asofagus dan atresia esophagus yang disertai dengan fistula

2. Gambaran Klinik
Akibat adanya atresia menyebabkan saliva terkumpul pada ujung bagian esophagus yang buntu, apabila terdapat fistula akan menyebabkan saliva mengalir keluar atau masuk dalam trakea. Hal ini akan lebih berbahaya apabila melalui fistula trakeo esophagus akan menyebabkan cairan saliva mengalir ke dalam paru. Kelainan ini baru di ketahui setelah bayi berumur 2 sampai 3 minggu dengan gejala muntah yang proyektil beberapa saat setelah minum susu. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan setalah bayi minum akan di temukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan melalui daerah yang sempit di pylorus, selain itu pada peristalitik teraba tumor.

3. Kelainan-Kelainan pada Atresia Esophagus

a. Kalasia
Kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus atau ( persambungan dengan lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila di miringkan.

Penatalaksaan:
Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu di beri minum, dan jagan di baringkan segera setelah minum. Biarkan ia dalam sikap duduk agak lama, baru kemudian di miringkan kekanan dengan kepala letak lenih tinggi (pakai bantal yang agak tinggi).

b. Akalasia
Merupakan kebalikan dari kalasia, pada akalasia bagian distal dari esophagus tidak dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia. Di sebut  pula sebagai  spasme kardio esophagus. Penyebab akalasia adalah adanya kartiligo traken yang tumbuh ektopik pada esophagus bagian bawah. Pada pemerikasaan mikroskopis di temukan jaringan tulang rawan dalam lapisan otot esophagus.

Penatalaksaan :
Pertolongan adalah tindakan bedah. Sebelum di operasi pemberian minum harus dangan sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.

4. Etiologi
Pemicu kelahiran bawaan seperti atresia esophagus dapat di curigai:
a.       Pada kasus polihidramnion ibu
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru , salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabrsorbsi oleh usus, dan dialirkan ke plasenta , jalan ini akan mengalami hambatan kalau anak tidak menelan,akhirnya cairan ketuban masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia aesophagus.
b.      Bayi dalam keadaan kurang bulan atau kurang cukup bulan
c.       Jika kateter yang di gunakan untuk resusitasi saat lahir tidak bisa masuk kedalam lambung
d.      Jika bayi mengeluarkan  sekresi mulut berlebihan
e.       Jika terjadi tersedak, sianosis, atau pada waktu berupaya menelan makanan

5. Tanda dan Gejala
a. Saliva yang menetes terus manerus dari mulut bayi
b. Saliva berbuih
c. Adanya aspirasi ketika bayi di beri minum
d. Bayi tampak sianosis akibat aspirasi yang di alami
e. Saat bayi di beri minum bayi akan mengalami batuk seperti tercekik
f. Muntah yang proyektil



6. Komplikasi
Atresia esophagus sering di sertai bawaan lain yaitu:
a.       Kelainan lumer Esophagus biasanya disertai fistula trakeo esophagus.
b.      Kelainan jantung
c.       Kelainan gastrointestinal ( atresia duodeni, atresia ani)
d.      Kelainan tulang ( hemifer tebra)
Selaput cairan ketuban mengandung berbagai kolagen I, III, IV. Jaringannya juga menghasilkan sitokin IL-6, IL-8, MCP-1 yang bermanfaat untuk melawan bakteri. Sejak awal kehamilan telah terbentuk dan merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi pertumbuhan janin. Mengandung hasil difusi dari ibunya seperti berupa Na,Ca,  ureum, kreatinin, juga lanugo dan verniks kaseosa. Cairan amnion juga mengandung fosfat dan seng yang berfungsi untuk menghambat bakteri. Secara klinik cairan amnion berfungsi untuk mendeteksi dini kelainan kromosom dan DNA dari 12-20 mggu.
Karena dalam air ketuban terdapat mikronutrien Ca,maka  apabila bayi tidak dapat menelan cairan ketuban ketika dalam masa kandungan,secara tidak langsung ini akan menyebabkan terjadinya defisiensi Ca dan berakibat pada kelainan tulang. 
e.       Malformasi kardiovaskuler
f.       Malformasi ginjal dan urogenital

7. Penatalaksaan
a.       Posisikan bayi setengah duduk apabila atresia esophagus di sertai fistula, sedangkan apabila atresia tanpa di sertai fistula bayi di posisikan kepala lebih rendah ( posisi trendelenburg) posisi sering di ubah-ubah.
b.      Pada bayi segera di pasangkan kateter kedalam esophagus dan bila memungkinkan penghisapan terus menerus
c.       Berikan penanganan seperti bayi normal lainnya seperti pencegahan hipotermi, nutrisi adekuat, dll
d.      Rangsangan bayi untuk menangis



8. Penanganan lebih lanjut
Anak di persiapkan untuk operasi segera apakah dapat di lakukan penutupan segera atau hanya di lakukan gastrotomi tergantung pada jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu. Sebelum di lakukan operasi, bayi di letakkan setengan duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung ke dalam paru. Cairan lambung harus sering di isap untuk mencegah aspirasi. Untuk mencegah terjadinya hipotermi, bayi hendaknya dirawat dalam incubator agar mendapatkan suhu yang hangat.



DAFTAR PUSTAKA

Khoirunnissa, Endang dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Noha medika
Nani Lia Dewi, Vivian SST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar