WELCOME ^^

Minggu, 27 November 2011

Fisiologi Haid


Hormon Reproduksi

Hypothalamic-Releasing Hormone : GnRH

Pelepasan GnRH dari hipothalamus dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu neurotransmiter norepinefrin (meningkatkan sekresi) dan dopamin (menurunkan sekresi). Endorphin juga menurunkan pelepasan GnRH.
GnRH menstimulasi sekresi FSH dan LH. Sekresi LH dirangsang secara terus menerus secara pulsatil oleh GnRH. Sekresi FSH juga dipengaruhi oleh kadar hormon lainnya, seperti estrogen dan inhibin yang menghambat sekresi FSH. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi ini, sekresi FSH tidak selalu berhubungan dengan jumlah GnRH yang ada. GnRH memiliki half-life yang sangat singkat dan tidak dijumpai dalam sirkulasi sistemik dalam jumlah yang signifikan. Untuk menstimulasi sekresi gonadotropin, GnRH tampil secara pulsatil, suatu proses yang memfasilitasi half-lifenya yang sangat pendek.

Gonadotropins : Luteinizing Hormone dan Follicle-Stimulating Hormone

Kedua hormon ini merupakan hormon glikoprotein yang menyerupai TSH dan hCG. Ke empat hormon ini memiliki sub unit alpha yang sama, tetapi masing-masingnya memiliki subunit beta khas yang membedakan identitas dan fungsi yang nyata.
LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan memicu korpus luteum untuk mensintesis progesteron. FSH memicu pematangan folikel di ovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar
           

Androgen

Androgen merupakan hormon steroid. Pada wanita, sejumlah kecil testosteron dan dihydrotestosteron diproduksi oleh ovarium yang jika muncul dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan efek androgenik yang signifikan.



Estrogen
Meskipun tidak dibutuhkan untuk perkembangan karakteristik seksual primer pada wanita, estrogen dibutuhkan untuk maturasi struktur saluran reproduktif wanita, yaitu vagina, uterus dan tuba fallopi. Estrogen juga menstimulasi perkembangan stromal dan duktal payudara, serta mengatur distribusi lemak lemak tubuh  seperti yang terlihat pada wanita. Estrogen juga menstimulasi pertumbuhan endometrial lining dan meningkatkan produksi sekresi vagina dan mukus serviks.
Estradiol adalah estrogen utama yang diproduksi oleh ovarium. LH dan FSH menstimulasi produksi estradiol melalui aksi terkoordinasi sel-sel theca dan granulosa. Kadar estradiol bervariasi secara nyata selama siklus menstruasi.

Progesteron

Kadar sirkulasi progesteron yang signifikan ditemukan hanya pada waktu setelah ovulasi. Progesteron dan komposisi sintetik sejenis, dikenal dengan progestin, merangsang perubahan sekretorik pada endometrial lining. Progesteron dapat sedikit meningkatkan temperatur tubuh.

Hormon lain

            Inhibin merupakan hormon glikoprotein, sebagai hasil fungsi gonad, yang mengatur sekresi dan produksi FSH.


Perubahan Siklik Endometrium pada Siklus Menstruasi

Selama siklus menstruasi, endometrium mengalami perubahan histologis dan sitologis serial yang akan mencapai kulminasi dengan menstruasi bila tidak terjadi kehamilan. Perubahan siklik endometrium berdasarkan perubahan anatomis dan fungsional glandula, vaskular, dan komponen stroma endometrium. Siklus ini terjadi sebagai respon terhadap siklus hormonal ovarium.
Secara morfologi, endometrium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu lapisan basal pada 1/3 bawah dan lapisan fungsional pada 2/3 atas. Lapisan fungsional berfungsi untuk menyiapkan implantasi blastokis, oleh karena itu lapisan tersebut mengalami proliferasi, sekresi dan degenerasi. Lapisan basal berfungsi untuk regenerasi endometrium setelah menstruasi.

1. Fase Proliferatif (Follicular, estrogenic)
Sebelum menstruasi selesai, telah dimulai restorasi epitel permukaan lapisan    fungsional. Sel epitel dari kripta glandula dalam pada stratum basale akan mengalami migrasi melalui ujung glandula yang terbuka dan akan melapisi stroma yang masih telanjang hingga tertutup oleh lapisan epitel. Proses ini disertai regenerasi dari pembuluh darah dan sel stroma. Selama regenerasi hingga ovulasi, endometrium mengalami peningkatan ketebalan hingga beberapa kali lipat. Pada endometrium didapatkan beberapa gambaran mitosis di epitel, glandula dan stroma. Arteri spiralis akan mengalami regenerasi hingga ke stratum fungsionalis dan bercabang-cabang dalam stroma. Dengan pertumbuhan arteri spiralis hingga ke stratum fungsionalis maka endometrium tampak lebih sembab dan kaya vascular. Glandula memanjang dalam tunica propria dan awalnya berbentuk tubular secara bertahap akan lebih berkelok-kelok. Glikogen mulai mengalami akumulasi dalam epitel glandula dan adanya organela sitoplasmik seperti retikulum endoplasmik kasar dan aparatus Golgi yang mengindikasikan peningkatan kapasitas sintesis. Fase ini dipengaruhi hormon estrogen.

2. Fase Sekretori (Luteal, Progestasional)
Fase sekretori berlangsung mulai dari saat ovulasi dan pembentukan korpus luteum hingga menstruasi. Fase sekretori terutama dipengaruhi oleh progesteron bersama dengan estrogen yang relatif masih tinggi pada fase ini. Glandula pada fase sekretori sangat berkelok-kelok; lumen dari glandula mengalami dilatasi, sakulasi dan terisi produk sekretori glikogen yang akan berfungsi sebagai sumber nutrisi embrio. Akumulasi timbunan glikogen dalam jumlah besar dalam sitoplasma basal sel glandula, akan mendesak nuklei lebih ke apek sebelum inisiasi sekresi aktif.
Edema stroma akan menyebabkan peningkatan ketebalan endometrium hingga 5 mm. Arteri spiralis akan mengalami elongasi dan konvolusi dalam tunika propria dan akan mencapai stroma yang tampak lebih kaya sel dan padat. Progresi ini berlangung hingga hari ke 21 siklus menstruasi, pada saat itu endometrium mencapai status sekretori penuh dan dapat mendukung implantasi embrio.  

3. Fase Menstruasi (Menses)
Mendekati menstruasi, terjadi spasme arteri spiralis yang diperantarai prostaglandin yang akan menurunkan suplai darah ke stratum fungsionalis hingga 2/3 bagian. Sekresi lokal prostaglandin tersebut selain menyebabkan spasme dan nekrosis iskemik, juga akan menyebabkan kontraksi uterus.
Nekrotik yang terjadi dengan adanya pelepasan kontriksi yang terjadi secara tiba-tiba akan menyebabkan ruptur pembuluh darah perifer dan darah keluar ke stroma dan lumen uterus. Setelah 3-4 hari maka seluruh lapisan fungsionalis akan mengalami nekrosis dan akan lepas.

Mekanisme Haid
Adanya hormon estrogen dan progesteron yang meningkat secara bertahap, berdampak pada perubahan-perubahan target organ(=endometrium).  Begitu hormon estrogen meningkat, endometrium mulai menebal (masa proliferasi), dan saat hormon progesteron meningkat terjadi terus perubahan endometrium  dengan bertambahnya pertumbuhan pembuluh darah  dan kelenjar-kelenjar (masa sekresi).
Apabila kadar estrogen dan progesteron turun mendadak (perubahan korpus luteum  ke korpus rubrum) maka pertumbuhan endometrium terhenti terjadi pelepasan dan perdarahan endometrium (=haid).


Beberapa faktor lain yang juga berperan dalam mekanisme haid yaitu :

Faktor Enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih banyak zat-zat makanan yang mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

 

Faktor Vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul stasis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.

 

Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 a. Dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar